
Jakarta, Keragaman hayati di Indonesia
menempati urutan ke-2 setelah
Brazil, sehingga wajar jika ingin
menjadikan jamu sebagai tuan
rumah di negeri sendiri. Sebagai
langkah awal, 70 Puskesmas di Jawa Tengah telah
menghadirkan layanan jamu
sebagai pendamping obat
moderen. Sejak beberapa waktu yang
lalu, ke-70 Puskesmas tersebut
telah dijadikan sentra uji
Puskesmas yang terintegrasi.
Artinya selain memberikan
layanan kesehatan dengan obat moderen, Puskesmas
tersebut juga melayani warga
yang ingin menggunakan jamu. "Tentunya jamu yang sudah
evidence based (teruji secara
ilmiah). Kalau dulu untuk diare
pakai 3 lembar daun jambu, itu
kan daunnya macam-macam
ada yang lebar ada yang enggak. Di sini kita pakainya
bukan berapa lembar tetapi
berapa miligram," ungkap Dirjen
Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak, Dr dr Slamet Riyadi
Yuwono usai Temu Karya dengan 407 Kepala Desa dan
Lurah Pemenang Lomba Desa
Tingkat Nasional 2011 di
Gedung Kemenkes Jakarta,
Selasa (17/8/2011). Keberadaan Puskesmas Jamu
sepertinya akan direspons
positif, sebab data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2010 menunjukkan 55,3 persen
penduduk Indonesia pernah mengonsumsi jamu. Dari angka
tersebut 95,6 persen mengaku
puas dan merasakan
manfaatnya. Tak hanya di 70 desa saja, ke
depan keberadaan Puskesmas
Jamu akan terus diperluas.
Tahun ini saja, Kementerian
Kesehatan menargetkan 100
dari 497 atau 20 persen kabupaten/kota se-Indonesia
sudah punya Puskesmas yang
terintegrasi dengan layanan
jamu. Jika puskesmas terintegrasi ini
benar-benar direspons positif,
selanjutnya Kemenkes akan
mewujudkan Puskesmas Khusus
Jamu yang terpisah dari
Puskesmas reguler. Model ini meniru beberapa rumah sakit
di China, yang sudah
mengkhususkan layanannya
pada pengobatan berbasis
herbal atau obat tradisional. Sementara itu Direktur Bina
Pelayanan Kesehatan
Tradisional, Alternatif dan
Komplementer, dr Abidinsyah
Siregar mengatakan
keberadaan jamu di Puskesmas merupakan bentuk pelayanan
prventif atau pencegahan.
Jamu lebih ditujukan untuk
menjaga kesehatan, sedangkan
obat-obat modern dipakai
untuk orang yang sudah sakit. "Orang sakit itu jumlahnya
hanya sekitar 3 persen dari
populasi penduduk. Nah sisanya
yang 97 persen kan tidak
butuh obat, makanya kita
sediakan jamu biar tetap sehat," ungkap dr Abidinsyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar