Mati Muda Akibat Terlalu Gembira

Kebanyakan orang meyakini
stres sebagai sumber segala penyakit, sehingga rasa gembira bisa jadi kunci awet
muda. Anggapan itu banyak
benarnya, asal jangan
berlebihan karena jika terlalu
gembira risikonya justru lebih
rentan mati muda. Hingga porsi tertentu, emosi
positif memang baik untuk
kesehatan sehingga terapi
tawa banyak diminati untuk
mengatasi berbagaipenyakit. Namun jika kegembiraan sudah
berlebihan, efeknya tidak
berbeda dengan orang yang
selalu merasa sedih sepanjang
hidupnya. Para peneliti di Inggris
mengungkap bahwa orang-
orang yang hidupnya selalu
diliputi kegembiraan berlebih
cenderung terjebak dalam
pilihan gaya hidup yang tidak sehat. Perilakunya juga dinilai
lebih berisiko karena kurang
memprioritaskan faktor
kesehatan. Selain itu, kegembiraan yang
berlebihan juga disebut-sebut
sebagai salah satu faktor risiko
gangguan mental bipolar. Pada
gangguan tersebut, mood atau
suasana hati bisa berubah secara ekstrem dari yang
semula sangat gembira menjadi
sangat menderita. Kegembiraan yang akan
berkembang menjadi gangguan
bipolar biasanya adalah
kegembiraan yang terlalu
dipaksakan. Semakin
memaksakan rasa gembira, risiko untuk berakhir dengan
depresi berat semakin besar
dan dampaknya kurang baik
bagi kesehatan. Belum lagi jika kegembiraan itu
diluapkan pada saat-saat yang
tidak tepat. Jika di
lingkungannya ada yang
terganggu atau merasa
tersinggung, maka tanpa disadari orang-orang yang
terlalu bergembira kadang-
kadang menempatkan dirinya
dalam bahaya besar. "Jika Anda melakukan sesuatu
dengan motivasi semata-mata
agar bahagia, risikonya adalah
rasa kecewa yang justru
mengurangi kebahagiaan. Cara
terbaik untuk bahagia adalah berhenti mengkhawatirkan
kebahagiaan itu sendiri,"
ungkap salah satu peneliti, Prof
June Gruber dari Yale
University seperti dikutip dari
Telegraph, Kamis (19/5/2011). Berbagai anggapan di atas
didukung oleh hasil penelitian
yang dilakukan tim gabungan
dari berbagai universitas di
Inggris baru-baru ini. Penelitian
tersebut dilakukan sejak tahun 1920, dengan mengamati
sejumlah relawan hingga
memasuki usia lanjut. Hasil pengamatan menunjukkan,
relawan yang selalu diliputi
kegembiraan berlebihan
cenderung meninggal lebih awal
dibandingkan relawan yang
dikategorikan kalem atau hidupnya lebih tenang.
Kesimpulan ini diperoleh setelah
disesuaikan dengan berbagai
faktor termasukpenyakit dan gaya hidup.

Tidak ada komentar: