Jakarta, Pasien stroke umumnya mengalami
kondisi penurunan bahasa
berupa ketidakmampuan atau
kesulitan berbicara atau lazim
disebut afasia. Gangguan
terjadi pada lebih dari sepertiga orang yang bertahan
hidup setelah stroke
menyerang sisi kiri otaknya. Meskipun kebanyakan pasien
sembuh dalam beberapa bulan
kemudian, 60% di antaranya
mengalami gangguan bahasa
lebih dari enam bulan setelah
serangan stroke. Kondisi ini dikenal dengan aphasia kronis. Kabar baiknya, sesi terapi
wicara yang singkat namun
intensif nampaknya dapat
memulihkan kemampuan bahasa
pasien stroke daripada metode
tradisional. Peneliti menemukan bahwa
penderita stroke yang
kesulitan berbicara atau
memahami pembicaraan
menunjukkan perbaikan dalam
kemampuan bahasa dan komunikasi yang signifikan
setelah menjalani terapi wicara
jangka pendek yang intensif. "Biasanya pasien aphasia tahap
kronis diberikan sekitar dua
jam terapi dalam seminggu
selama setahun, tapi kami
menemukan bahwa akan lebih
baik jika memberikan terapi dalam waktu yang lebih
singkat," kata peneliti Marcus
Meinzer, PhD, dari Konstanz
Unversitat di Konstanz, Jerman
seperti dikutip WebMD, Senin
(31/10/2011). Dalam studi tersebut, peneliti
meneliti efek terapi wicara
intensif dalam jangka pendek
pada 27 orang penderita
stroke yang menderita
gangguan bahasa selama sekitar empat tahun. Setiap penderita stroke
menerima 30 jam pelatihan
bahasa yang terdiri dari tiga
jam latihan sehari selama 10
hari. Keterampilan bahasa
pasien dinilai sebelum dan segera setelah pelatihan serta
enam bulan kemudian. Terapi wicara menggunakan
teknik yang disebut
constraint-induced aphasia
therapy atau CIAT yang
menggabungkan pelatihan
komunikasi verbal yang intens dengan permainan bahasa yang
membangun kemampuan bahasa
sederhana serta kompleks. Teknik ini mendorong pasien
stroke untuk lebih banyak
berbicara daripada
menggunakan gerakan sebagai
sarana utama komunikasinya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 85% pasien stroke
mengalami peningkatan
kemampuan bahasa secara
signifikan setelah menjalani
terapi wicara yang intensif. Perbaikan-perbaikan yang
berkelanjutan juga terjadi pada
pasien-pasien tersebut selama
enam bulan. Para peneliti juga menemukan
bahwa peningkatan dapat
terjadi terlepas dari usia
pasien stroke atau tingkat
keparahan gangguan
bahasanya. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa 15 pasien
stroke yang menerima
pelatihan bahasa yang
didukung oleh anggota
keluarga dan teman-temannya
menunjukkan perbaikan yang lebih besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar