Osteoporosis telah lama
menghantui manusia sejak zaman
Yunani kuno. Kata Osteo berasal
dari bahasa latin yang berarti
tulang. Sementara Porosis berarti
berlubang. Osteoporosis
merupakan suatu keadaan tulang
menjadi keropos, tanpa
mengubah bentuk atau struktur
luar tulang. Tetapi, daerah dalam
tulanglah yang berlubang,
sehingga mudah patah.
Osteoporosis juga dapat dikatakan
sebagai penyakit memburuknya
kepadatan tulang lebih cepat, dari
yang dapat secara alami
direstrukturisasi oleh tubuh. Perlu
diingat, osteoporosis terjadi pada
tulang. Bukan pada sendinya.
Penyakit ini bisa dikatakan lebih
bahaya ketimbang kanker. Selain
tidak dapat disembuhkan, pun
tergolong penyakit tanpa gejala
yang muncul diam-diam alias
silent disease. Menurut ahli
rehabilitasi medik, Dr Siti Annisa
Nuhonni, baru-baru ini, penyakit
itu dapat dirasakan bila ada patah
tulang yang hanya terdeteksi
menggunakan mikroskop.
Bahayanya, osteoporosis lebih
senang menyerang kaum Hawa.
Sebab, massa tulang perempuan
lebih rendah dibandingkan laki-laki.
Penyakit ini sebenarnya sudah
mulai menyerang sejak penderita
masih berusia muda. Namun
umumnya gejala baru muncul
setelah usia penderita berusia 50
tahun.
"Pada usia muda tak sebanyak
pada usia tua. Kenyataannya, usia
muda memang sudah diserang
meski baru diperiksa dengan
menggunakan screening," kata Dr
Nuhonni.
Menyerang Usia Muda dan
Perempuan
Gaya hidup kaum muda saat ini
dapat memicu terjadinya
osteoporosis. Merokok, kopi,
konsumsi minuman bersoda, dan
alkohol adalah contoh beberapa
penyebabnya. Kafein yang
terkandung di dalam kopi
membuat penikmatnya kerap
mengeluarkan urin. Dan tanpa
disadari, kalsium pun ikut
terbuang.
Begitu pula dengan minuman
bersoda yang banyak
mengandung gula dan Karbonat
yang tinggi. "Satu kaleng
minuman bersoda (375 mililiter),
membutuhkan kadar gula sekitar
10 sendok teh," ujar ahli gizi
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Dr fiastuti Witjaksono.
Kalsium adalah mineral yang amat
penting bagi manusia. Salah satu
logam alkali tanah ini berperan
dalam meminimalkan penyusutan
tulang. Sekitar 80 persen penderita
osteoporosis adalah perempuan.
Faktor yang mempengaruhi
perempuan lebih berisiko terkena
osteoporosis dibandingkan laki-
laki, di antaranya:
Hormon estrogen. Pada saat
menstruasi, biasanya akan terjadi
perubahan hormonal di mana
hormon estrogen yang diperlukan
untuk membantu penyerapan
kalsium menurun dengan drastis.
Hilangnya hormon estrogen
setelah menopause juga berisiko
meningkatkan perempuan terkena
osteoporosis.
Pada masa hamil dan menyusui,
kebutuhan kalsium perempuan
meningkat. Sebab, bayi dalam
kandungan memerlukan asupan
kalsium yang diperoleh melalui
ibunya. Demikian juga pada ibu
menyusui. Mereka yang kurang
memerhatikan asupan kalsium
sewaktu hamil dan menyusui
mempunyai kecenderungan
terkena osteoporosis.
Mengakali Osteoporosis
Langkah awal sederhana
pencegahan osteoporosis adalah
melalui pola makan dan aktivitas
yang sehat. Asupan yang sehat
bisa didapatkan dari makanan
yang mengandung vitamin D,
yang baik bagi kesehatan tulang.
Ikan dan minyak ikan yang
mengandung omegha-3 dan vit D,
misalnya.
Vitamin D dapat membantu
penyerapan kalsium yang penting
agar tulang tetap kuat. Vitamin D
bisa ditemukan baik dalam bentuk
aktif maupun pasif di dalam tubuh,
dan calciferol merupakan bentuk
yang aktif. Dalam bentuk yang
tidak aktif, vitamin D berperan
sebagai hormon, karena
mengirimkan tanda untuk
meningkatkan penyerapan kalsium
dan fosfor dalam usus halus.
Bagaimana mengaktifkan vitamin
D dalam tubuh? Mudah saja.
Hanya butuh 10 menit terkena
sinar matahari untuk mengaktifkan
dan mengubahnya menjadi
vitamin D3. Golongan vitamin
inilah yang paling banyak
ditemukan pada kulit manusia.
Selain itu, tentunya kurangi kopi,
konsumsi garam berlebih,
minuman bersoda, dan usahakan
tidak merokok. Jika Anda ingin
mengurangi berat badan dengan
diet, jangan lakukan diet tiger atau
fad diet. Diet macam ini, melarang
pelakunya mengonsumsi
karbohidrat.
Secara penilaian gizi, diet tiger
adalah diet yang mengandung
protein dan asam lemak jenuh
sangat tinggi. Terjadi
ketidakseimbangan kalori di sini.
Kadar karbohidrat yang masuk ke
tubuh sangat sedikit. Padahal,
tatanan gizi yang seimbang adalah
karbohidrat 60-70 persen, lemak
20-25 persen, dan protein 10-15
persen.
Dr Fiastuti mengatakan, diet ini
juga menurunkan kadar kalsium
tubuh karena metabolisme atau
pengolahan protein dapat
meningkatkan pembuangan
kalsium melalui urin. Tubuh akan
kekurangan zat tembaga dan seng
sehingga bisa meningkatkan
terjadinya kerapuhan tulang.
Finansial
Dampak osteoporosis tidak bisa
disepelekan. Sebab, memiliki risiko
yang sama besar dengan kanker
payudara atau kanker ovarium.
Selain itu, dapat memunculkan
imbas psikologis yang muncul
pada keluarga penderita.
Bukan cuma itu, penderita juga
perlu merogoh kocek dalam-
dalam untuk "mengembalikan"
tulang mereka. Teknik
pengobatannya beragam. Diawali
dengan pengecekan akurat dengan
tes Bone Densitometri.
"Untuk tes Bone Densitometri itu
berbeda di setiap kotanya. Kalau di
Jakarta itu kisarannya mulai dari Rp
300 ribu sampai Rp 800 ribu.
Setelah itu jika memang harus,
akan meminum obat (mahal). Jika
ada yang patah, satu bonngol
palsu harganya Rp 15 juta. Dan itu
semua belum termasuk biaya
operasi," jelas Dr Nuhonni.
Menurut Health Technology
Assessment (HTA) tahun 2005,
ditemukan kasus penderita
osteoporosis sebanyak 227.850
orang yang membutuhkan biaya
pengobatan sebanyak US$ 2,7
miliar pada 2000 di Indonesia.
Pada 2020, diperkirakan penderita
osteoporosis di Indonesia akan
mencapai angka 426.300, yang
akan membutuhkan biaya
pengobatan US$ 3,8 miliar atau
sekitar Rp 34,2 triliun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar