Mungkin Anda lebih
awam dengan istilah anyang-
ayangan dan mengompol
dibanding dengan istilah medisnya
yaitu inkontinensia. Kerap kali hal ini
dianggap remeh meskipun
berpengaruh negatif pada kualitas
kehidupan Anda. Lalu, bagaimana
cara mengidentifikasikan dan
mengobatinya?
Kondisi yang dalam dunia medis
disebut inkontinensia urin ini
merupakan pengeluaran urin di saat
yang tidak diinginkan. Juga sulit
dikendalikan, sehingga
mengakibatkan masalah gangguan
kesehatan atau sosial.
Meski tidak mengancam jiwa secara
langsung, gangguan ini dapat
menimbulkan beban psikologis,
sosial, dan akan memengaruhi
kesehatan ginjal. Pada dasarnya,
urin diproduksi dari penyaringan
darah oleh ginjal.
"Zat-zat yang berguna bagi tubuh
akan disimpan, sedangkan yang
tidak berguna akan dibuang sebagai
urin," ujar Dr. dr. Nur Rasyid, SpU,
Kepala Departemen Urologi RSCM-
FKUI dalam media edukasi bertema
"Lakukan Tindakan Tepat Untuk
mengatasi Inkontinensia",
diselenggarakan oleh Rumah Sakit
Asri di Jakarta, 3 Oktober 2011.
Dari ginjal, urin akan tertampung
dalam kandung kemih. Kandung
kemih pun akan terus terisi oleh
urin hingga akhirnya mencapai
volume tertentu dan menekan
keluar hingga menghasilkan rasa
ingin buang air kecil.
Namun, pada orang yang yang
menderita gangguan inkontinensia,
mereka tidak mampu menahan
keinginan untuk buang air kecil.
Kerap kali mereka harus bolak-balik
ke toilet hanya untuk buang air
padahal kandung kemih tidak dalam
keadaan penuh bahkan kosong.
Penderita bisa mengalami pipis
berulang karena tidak pernah tuntas
membuang air seni dalam kandung
kemih. Bahkan, mereka tak bisa
menahan keinginan buang air
kecil,karena lemahnya otot dinding
panggul untuk menahan keluarnya
air seni. Kondisi ini disebut wet
incontinence.
Penderita juga bisa selalu
merasakan keinginan untuk buang
air kecil. Walaupun, kandung kemih
dalam keadaan kosong dan kondisi
ini dikenal dengan dry incontinence.
Menurut tipenya, ada enam jenis
inkontinensia.
1. Stres incontinence : Urin
secara tidak terkontrol keluar karena
terjadi peningkatan tekanan di
dalam perut sewaktu batuk,
mengedan, tertawa, bersin, berlari.
2. Inkontinensia tipe urge : Urin
keluar secara tidak terkontrol setelah
didahului keinginan kuat untuk
buang air kecil di siang dan malam
hari. Hal ini disebabkan oleh
kontraksi kandung kemih yang tak
terkontrol.
3. Over flow inkontinensia :
Kandung kemih terlalu penuh dan
sebagian urin keluar secara tidak
terkontrol karena otot-otot kandung
kemih lemah. Biasanya disertai
dengan kesulitan buang air kecil.
4. Inkontinensia campuran : Tipe
ini merupakan campuran dari tipe
stres dan urge.
5. Nocturnal Enuresis : Keluarnya
urin tak terkendali selama tidur.
6. Incontinentia continua : Urin
keluar secara terus menerus.
Faktor Penyebab
Ada banyak faktor penyebab
inkontinensia. Seperti, proses
penuaan, kekurangan hormon
estrogen, kegemukan, persalinan
normal dengan anak yang
berukuran besar, sejarah operasi
daerah panggul seperti
pengangkatan rahim.
Termasuk juga kelainan syaraf,
diabetes, pembengkakan prostat,
riwayat konsumsi obat-obat yang
mengganggu fungsi otot saluran
kemih, trauma tulang belakang
hingga operasi tulang belakang.
Gangguan inkontinensia dapat
terjadi pada siapa saja, baik pria dan
wanita di segala usia. Untuk
mengetahui gangguan ini, dokter
akan melakukan diagnosa melalui
keluhan pasien, pemeriksaan fisik,
diari berkemih, pemeriksaan
uroflowmetri, dan urodinamik. Jika
sudah diketahui jenisnya, pasien
akan diminta untuk menjalani terapi
obat, terapi perilaku, dan senam
kegel.
"Jika selama 3 bulan, kondisinya
tidak membaik, maka akan
diadakan pembedahan pada saluran
kemih," ujar Dr. herrina E.
Rahardjo, SpU, PhD, Staff member
of Division of Urology,
Departement of Surgery, Fakulas
Kedokteran UI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar